KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha
Kuasa, yang mana berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah kelompok Sosiologi Pendidikan yang berjudul “ Struktur
Sosial Sekolah (3S)”.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari
sepenuhnya, apa yang kami buat masih banyak kekurangan dan kelemahan, baik
menyangkut isi maupun yang berhubungan dengan penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun guna untuk
menyempurnakan isi makalah ini. Selain itu, makalah ini merupakan tugas kelompok yang diajukan sebagai tugas dari mata kuliah Sosiologi Pendidikan.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini
dapat berguna dalam proses perkuliahan pada mata kuliah Sosiologi Pendidikan.
Mohon maaf atas kekurangan. Atas perhatiannya, kami aturkan terima kasih.
Pamekasan, 04 Maret 2016
Penyusun
Kelompok
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL………………………………………………………………….….… i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..….. ii
DAFTAR
ISI………………………………………………….………………………….… iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………….………….. 1.1
B. Tujuan Penulisan…………………………..…………………………….……………. 1.1
C. Rumusan Masalah…………………………..…………………………….……...…… 1.1
D. Sistematika Penulisan.………………………………………………………………… 1.1
BAB II PEMBAHASAN
A. truktur sosial………………………………………………..………………….,,,.……. 2.2
B. Kedudukan dan peran…………………………………………………………..……… 2.2
C. Berbagai kedudukandalam masyarakat sekolah………….…………………….….…... 2.3
D. Struktur sosial orang dewasa disekolah……………………………………….….…… 2.3
E. Kedudukan guru dalam struktur sosial sekolah………………………………….….… 2.4
F. Struktur sosial murid-murid disekolah……………….……………….………….……. 2.5
G. Pengaruh-pengaruh luar terhadap sekolah………………,……………….……………. 2.6
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan……………………………………………………..….……,………….… 3.6
B.
Saran……………….……………………………………………..……,……………... 3.6
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………….…………………….…. 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Struktur sosial sekolah merupakan salah satu pokok
bahasan yang sangan penting untuk dikaji dalam mata kuliah sosiologi
pendidikan. Dalam pokok bahasan ini akan dibahas beberapa sub pokok bahasan
yang dianggap sangat penting dalam pembahasan struktur sosial sekolah antara
lain: penjelasan tentang struktur sosial sekolah itu sendiri, kedudukan dan
peranan, berbagai kedudukan dalam masyarakat sekolah, struktur sosial orang
dewasa di sekolah, kedudukan guru dalam struktur sosial sekolah dan struktur
sosial murid di sekolah.
Dalam hal ini kami hanya mengambil sebagian kecil dari
beberapa sub pokok bahasan yang lain dan kami anggap sub pokok itulah yang
dianggap sangat penting untuk dikaji lebih dalam lagi sehingga dengan adanya
pembahasan ini, makalah ini mampu menjawab problematika yang kerap terjadi di
kalangan lingkungan sekolah kita dari zaman dulu hingga sekarang ini.
Di dalam sekolah masih banyak permasalahan yang bahkan
sampai sekarang belum dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Dari masalah
itulah kami mencoba untuk memberikan solusi singkat lewat pembahasan yang
sangat singkat ini dan masih banyak kelemahan di dalam pembahasannya. Untuk itu
semoga makalah ini dapat bermanfaat dengan sebaik-baiknya bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana Struktur Sosial Sekolah dan
penulisan makalah ini juga untuk memenuhi tugas dari dosen pengampu Sosiologi
pendidikan
C.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Apa
pengertian struktur sosial sekolah?
2. Bagaimana
kedudukan dan peranan dalam struktur sosial sekolah?
3. Apa saja
kedudukan yang ada dalam masyarakat sekolah?
4.
Bagaimana struktur sosial orang dewasa di sekolah?
5.
Bagaimana kedudukan guru dalam struktur sosial
sekolah?
6. Bagaimana struktur sosial murid di sekolah?
7. Pengaruh – Pengaruh Luar Terhadap Sekolah?
D. Sistematika
Penulisan
Setelah
mengetahui latar belakang masalah, maka penulis mengemukakan bagian-bagian yang
akan di bahas, dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I :
Pendahuluan yang meliputi : Latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penulisan dan sistematika penulisan.
BAB
II : Definisi Struktur Sosial Sekolah, Kedudukan Dan peranan, Berbagai
Kedudukan dalam Masyarakat Sekolah, Struktur Sosial Orang Dewasa di
Sekolah, Struktur Sosial Murid di Sekolah, Pengaruh Luar
Terhadap Sekolah
BAB III: Penutup yang
meliputi, kesimpulan dan saran-saran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Struktur Sosial Sekolah
Sekolah telah dengan sengaja diciptakan”dalam arti
bahwa saat tertentu telah diambil suatu keputusan untuk mendirikan sebuah
sekolah guna memudahkan pengajaran sejumlah mata pelajaran yang sangat beraneka
ragam, mulai dari mata pelajaran umum sampai mata pelajaran keagamaan”.
Bila seorang insinyur berbicara tentang “struktur” bangunan,
maka yang dimaksud adalah
a)
materialnya,
b)
hubungan antara bagian-bagian bangunan, dan bangunan
itu dalam keseluruhannya sebagai gedung sekolah, kantor, dan sebagainya.
Demikian
pula dengan “struktur sosial” yakni
(1) materialnya
(jumlah orang, pria, wanita, dewasa, anak, guru, murid, dan sebagainya),
(2) hubungan antar bagiannya (apa yang diharapkan guru
dari murid dan sekolahnya, dan sebagainya),
(3) hakikat
masyarakat itu sebagai keseluruhan yakni bagian-bagiannya menjadi kesatuan yang bulat agar dapat
menjalankan fungsinya
Dengan demikian dapat dikatakan material bagi sekolah/
struktur sosial sekolah yaitu kepala sekolah, guru, pegawai, pesuruh, murid
laki-laki maupun murid perempuan yang masing-masing memiliki kedudukan dan
peranan yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Dalam struktur sosial terdapat sistem kedudukan dan
peranan anggota-anggota kelompok yang kebanyakan bersifat hierarkis, yakni dari
kedudukan yang tinggi yang memegang kekuasaan sampai pada kedudukan yang paling
rendah. Struktur itulah yang memungkinkan sekolah menjalankan fungsinya sebagai
lembaga edukatif dengan baik. Masing-masing mempunyai kedudukan tertentu dan
menjalankan peranan seperti yang diharapkan menurut kedudukan itu sehingga hal
ini dapat mencegah terjadinya berbagai konflik dan dapat menjamin kelancaran
segala usaha pendidikan.[1]
B. Kedudukan
dan Peranan
Kedudukan atau status menentukan posisi seseorang
dalam struktur sosial, yakni menentukan hubungannya dengan orang lain. Status
atau kedudukan menentukan kelakuan orang tertentu. Sebagai contoh yaitu
kedudukan seorang guru yang mana sang guru mengharapkan kelakuan tertentu dari
murid, yang lepas dari pribadinya sebagai individu pemarah, keras dan pandai
atau pemalas.
Sedangkan peranan adalah konsekuensi atau akibat
kedudukan atau status seseorang. Dalam hal ini status atau kedudukan individu,
apakah ia di atas atau di bawah status orang lain sangat mempengaruhi
peranannya. Sebagai contoh yakni seorang mandor diharapkan dapat memberikan
perintah kepada pekerja dan sang guru diharapkan dapat memathi instruksi kepala
sekolah dengan menuntut agar murid-murid dapat belajar. Sungguh pun demikian
cara-cara seseorang dalam membawakan peranannya dapat berbeda satu sama lain
menurut kepribadian seorang tersebut. Sebagai contoh yakni seorang guru dapat
bersikap demokratis dalam menjalankan peranannya.
Peranan mencakup kewajiban dan hak yang bertalian
dengan kedudukan. Dalam kedudukan sebagai individu seorang guru berkewajiban
untuk mendidik anak dan berhak untuk mengharuskannya belajar dan bila perlu
sampai pada pemberian hukuman jika ada pertentangan. Dan sebaliknya seorang
anak didik dalam kedudukannya sebagai murid harus mematuhi guru dengan hak
untuk menerima pelajaran. Dari contoh di atas dapat kita lihat bahwa peranan
selalu mempunyai segi timbal-bailik. Jadi peranan merupakan serangkaian hak dan
kewajiban yang bersifat timbal-balik dalam hubungan antar-individu.[2]
C. Berbagai
Kedudukan dalam Masyarakat Sekolah
Sekolah merupakah sebuah sistem, yang mana dalam
sistem itu terdapat sistem sosial yang didalamnya ada kedudukan anggota dalam
kelompok sosial tersebut. Setiap orang yang menjadi anggota suatu kelompok
mempunyai kedudukan masing-masing. Di sekolah terdapat kedudukan yang berbeda
dalam setiap anggotannya seperti, kepala sekolah, guru-guru, staf administrasi,
pesuruh, dan murid-murid itu sendiri serta hubungan antara berbagai kedudukan
itu.
Dalam hal ini tiap kelompok, seseorang akan mengenal
kedudukan atau posisinya masing-masing yang mana orang tersebut dapat
berkelakuan sesuai yang diharapkan menurut kedudukan yang di tempatinya. Jadi
di masyarakat sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, guru, murid dan pegawai
sekolah diharapkan agar memiliki kelakuan tertentu seperti: perbuatannya,
ucapannya, perasaannya, nilai-nilainya dan sebagainya sesuai dengan apa yang
bertalian dengan kedudukannya.
Pada umumnya dalam struktur sosial sekolah dapat kita
bedakan menjadi dua tingkat yaitu pertama, hal yang berkenaan dengan orang
dewasa serta hubungan di antara mereka, seperti kepala sekolah, guru-guru,
pegawai administrasi, pesuruh, pengurus yayasan pada sekolah swasta, Kanwil P
dan K pada sekolah negeri. Kedua, hal yang berkenaan dengan sistem kedudukan
dan hubungan antara murid-murid. [3]
D. Struktur
Sosial Orang Dewasa di Sekolah
Kepala sekolah menduduki posisi yang paling tinggi di
sekolah karena memikul tanggung jawab atas kelancaran pendidikan di sekolah.
Sebagai contoh anatara lain kepala sekolah berhak mengambil keputusan yang
harus dipatuhi oleh seluruh sekolah.
Beliau juga sebagai perantara antara atasan
yakni Kanwil bagi sekolah negeri/ pengurus yayasan bagi sekolah swasta dengan
guru-guru dan murid-murid. Sebagai contoh yakni penyampaian keputusan-keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui Kanwil kepada kepala sekolah yang
kemudian diinformasikan kepada seluruh struktur sekolah.
Kemudian beliau berkedudukan sebagai konsultan yang
memberikan petunjuk, nasihat, saran-saran kepada guru-guru dalam usaha untuk
memperbaiki kwalitas dan kwantitas sekolah. Sebagai contoh yaitu beliau harus
dapat memaparkan filsafat sekolah, tujuan pendidikan yang harus dicapai serta
cara-cara yang harus ditempuh untuk mewujudkan kurikulum sekolah yang baik dan
sistematis.
Selain itu kepala sekolah juga memegang kepemimpinan
di sekolah dengan harapan sanggup memberikan pimpinan dalam segala hal yang
berkenaan dengan sekolah, permasalahan yang timbul dari adanya interaksi dengan
masyarakat, murid-murid, maupun guru-guru. Pada satu pihak guru-guru
mengharapkan keputusan dan tindakan-tindakan yang tegas, di lain pihak mereka
menginginkan agar keputusan yang diambil dengan cara musyawarah. Dalam hal
itulah kepala sekolah harus dapat bergerak di antara harapan-harapan yang
bertolak belakang itu.
Di sekolah yang kecil, khususnnya yang tidak mempunyai
pegawai administrasi, kepala sekolah harus berperan ganda
yaitu sebagai petugas administrasi, mengurus korespondensi,
mengantar surat kepada berbagai instansi, membuat laporan-laporan, dan
sebagainya. Akan tetapi, di sekolah menengah biasanya kepala sekolah dibantu
oleh pegawai administrasi.[4]
E. Kedudukan
Guru dalam Struktur Sosial Sekolah
Kedudukan guru lebih rendah daripada kepala sekolah
dan guru juga mempunyai kedudukan sebagai mana seorang pegawai oleh karena
itu ia harus menghormatinya dan bersedia untuk mematuhinya dalam hal-hal yang
berkenaan dengan urusan sekolah, baik segala urusan yang ditetapkan oleh atasan
pemerintah ataupun yayasan, kemudian apabila melakukan suatu pelanggaran maka
sang guru tersebut dapat diberi tindakan yang setimpal, bahkan dipecat yang
bisa berupa pencabutan sumber pendapatannya.
Kedudukan guru tidak sama antara guru SD, SMP, dan
SMA. Guru yang mengajarkan bidang studi tertentu dianggap lebih tinggi daripada
yang lain. Pada umumnya bidang studi akademis seperti: matematika, fisika,
kimia menduduki tempat yang lebih terhormat daripada yang memegang bidang studi
agama, PKK, atau pendidikan jasmani yang tidak termasuk mata ujian dalam tes
masuk Perguruan Tinggi.
Kedudukan guru juga turut ditentukan oleh lama masa
kerja, bakat usia dan pengalamannya dalam pengajaran. Guru lama mengharapkan
rasa hormat dari guru-guru baru atau yang lebih muda. Akan tetapi kedudukan
guru-guru dan kepala sekolah lebih rendah daripada petugas inspeksi yang mana
telah mendapat mandat untuk mengawasi jalannya kegiatan sekolah.
F. Struktur
Sosial Murid di Sekolah
Sekolah bagi murid-murid dapat dijadikan sebagai
sistem persahabatan antar sesama teman dan adanya suatu interaksi hubungan sosial
di lingkungan tersebut. Struktur sosial murid lebih bersifat tidak formal
sedangkan pada orang dewasa seperti guru dan lain sebagainya itu lebih bersifat
formal karena adanya pengaruh kedudukan yang berkaitan dengan jabatan yang
telah ditentukan dan dirumuskan oleh suatu bagian sistem sosial dalam sekolah
tersebut.
Kedudukan murid hanya dikenal dalam lingkungan sekolah
saja. Kebanyakan kedudukan murid bersifat tidak formal dan hanya diketahui
dalam kalangan sekolah saja, akan tetapi ada juga kedudukan murid yang bersifat
lebih formal seperti kedudukan ketua OSIS yang telah mempunyai bentuk resmi
menurut ketentuan yang ada dalam sekolah itu.
Di suatu sekolah kita dapat menemukan macam-macam
kedudukan murid dan hubungan antar-murid antara lain:
1. Kedudukan
dan hubungan berdasarkan usia dan tingkat kelas.
2. Kelompok
persahabatan di sekolah.
3. Kelompok
elite.
4.
Kelompok siswa yang ikut organisasi formal, seperti
OSIS dan Pramuka.[5]
G. Pengaruh –
Pengaruh Luar Terhadap Sekolah
Berbagai hal di luar sekolah yang dapat mempengaruhi
sistem sekolah antara lain :
1. Pengaruh
terhadap peranan murid
ü Peranan
murid antara lain ditentukan oleh guru, akan tetapi juga oleh pandangan
masyarakat tentang peranan murid, antara lain keluarga dan lain-lain.
ü Orangtua
juga dapat mempegaruhi sikap anak. Misalnya dalam mengerjakan tugas pekerjaan
rumah yang diberikan oleh guru.
ü Kelompok
sepermainan, yang mempunyai sub-kebudayaan tersendiri dapat menambah motivasi
anak belajar atau justru merusak pelajaran anak.
ü Media
2. Pengaruh
luar terhadap guru
ü Orangtua
murid
ü Perkumpulan
guru
ü Keluarga dan
teman sepergaulan guru
3. 3. Pengaruh luar terhadap sekolah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Material bagi sekolah/ struktur sosial sekolah yaitu kepala
sekolah, guru, pegawai, pesuruh, murid laki-laki maupun murid perempuan yang
masing-masing memiliki kedudukan dan peranan yang berbeda satu dengan yang
lainnya.
Dalam struktur sosial terdapat sistem kedudukan dan
peranan anggota-anggota kelompok yang kebanyakan bersifat hierarkis, yakni dari
kedudukan yang tinggi yang memegang kekuasaan sampai pada kedudukan yang paling
rendah. Kedudukan atau status menentukan posisi seseorang dalam struktur
sosial, yakni menentukan hubungannya dengan orang lain dan menentukan kelakuan
orang tertentu.
Sedangkan peranan adalah konsekuensi atau akibat
kedudukan atau status seseorang. Dalam hal ini status atau kedudukan individu,
apakah ia di atas atau di bawah status orang lain sangat mempengaruhi
peranannya. Sebagai contoh yakni sang guru diharapkan dapat memathi instruksi
kepala sekolah dengan menuntut agar murid-murid dapat belajar.
Kedudukan guru tidak sama anatara guru SD, SMP, dan
SMA. Guru yang mengajarkan bidang studi tertentu dianggap lebih tinggi daripada
yang lain. Pada umumnya bidang studi akademis seperti: matematika, fisika,
kimia menduduki tempat yang lebih terhormat daripada yang memegang bidang studi
agama, PKK yang tidak termasuk mata ujian dalam tes masuk Perguruan Tinggi.
Kebanyakan kedudukan murid bersifat tidak formal dan
hanya diketahui dalam kalangan sekolah saja, akan tetapi ada juga kedudukan
murid yang bersifat lebih formal seperti kedudukan ketua OSIS yang telah
mempunyai bentuk resmi menurut ketentuan yang ada dalam sekolah itu.
B. Saran
Kami menyadarai bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih belum adanya kesempurnaan di dalam pembahasanya, maka dari itulah penulis
berharap adanya suatu kritik dan saran yang dapat membangun bagi penulis dalam
menyelesaikan makalah yang akan ditulis berikutnya.
Sebelum dan sesudahnya penulis mohon maaf dalam
penulisan masih banyak kekurangan dan salah penulisan dalam makalah ini. Besar
harapan kami makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ø http://struktursosialsekolah.blogspot.co.id/2011/11/struktur-sosial-sekolah.htm (diakses 02 Maret
2016,21:18 WIB).Jakarta.Indonesia
Ø Robinson, Philip,
1968, Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan, Cet. Ke-1, Jakarta:
CV. Rajawali.(Rujukan)
Ø Prof. DR. S.
Nasution, MA, 2004, Sosiologi Pendidikan, Cet. Ke-3, Jakarta: PT.
Bumi Aksara.(Rujukan)
Ø http://tammimsyafii.blogspot.co.id/2013/10/struktur-sosial-sekolah.html (diakses 02 Maret 2016, 21:14
WIB). Pakalingan, Jawa
Tengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar